Judul Jurnal : Pengolahan Citra Digital Untuk Menghitung Luas Daerah Bekas
Penambahan Timah
Penulis Jurnal : Rika Favoria Gusa
Reviewer : Cindy Safitri
Critical Review
1.
Latar
Belakang Peneliti
Penulis
Melakukan Penelitian tentang menghitung luas daerah bekas timah dikarenakan
banyak didaerah bekas penambangan timah yang dilakukan tersebut ditinggalkan
begitu saja paska penambangan tanpa ada usaha reklamasi atau pemanfaatkan
kembali. Oleh karena banyaknya kejadian seperti itu penulis melakukan
penelitian yang dalam penelitian ini akan
dilakukan pengolahan citra digital berupa citra satelit dari suatu wilayah
tertentu yang memiliki daerah bekas penambangan timah agar dapat dihitung
luasannya.
Hal ini perlu
dilakukan untuk mengetahui berapa luas daerah bekas penambangan timah yang
harus diolah kembali ataupun direklamasi sehingga kerusakan lingkungan akibat
penelantaran bekas penambangan timah dapat dikurangi.
2.
Pendapat
Peneliti Terhadap Penelitian Yang dilakukan Peneliti Lain sebelumnya
Peneliti lain
juga mengidentifikasi luas daerah yang terkena dampak bencana Tsunami di daerah
Aceh. Peneliti ini menggunakan metode merepresentasikan region-region citra
yang berbeda dan “menumbuhkannya” sampai memenuhi seluruh citra sehingga dapat
diketahui luas daerah kerusakan akibat Tsunami.
Perbedaan peneliti
yang dilakukan peneliti sebelumnya yaitu peneliti sebelumnya mengidentifikasi
luas wilayah yang terkena dampak bencana suami di aceh, sedangkan peneliti jurnal
ini melakukan penelitian pada daerah bekas penambangan timah di daerah Bengkulu.
Dan metode penelitian yang digunakan pun berbeda dari peneliti sebelumnya.
3.
Metode
Yang Digunakan Peneliti
a.
Penelitian
dimulai dengan survei lapangan untuk mengambil data berupa koordinat, ukuran
(panjang dan lebar) serta gambar/foto daerah bekas penambangan timah. Lokasi
yang dipilih ialah beberapa daerah bekas penambangan timah di Pemali, Kabupaten
Bangka.
b.
Setelah
koordinat lokasi (daerah bekas penambangan timah) diperoleh, dilakukan
pembacaan citra satelit dari lokasi/daerah tersebut.
c.
Citra
satelit yang diperoleh yang masih berupa citra warna (RGB) diubah menjadi citra
grayscale.
d.
Citra
satelit yang telah berupa citra grayscale diperbaiki kontrasnya sehingga
objek-objek yang ada di dalam citra tersebut terlihat lebih jelas.
e.
Citra
grayscale kemudian diubah menjadi citra biner untuk memisahkan objek dengan
latar belakangnya. Hal ini juga dilakukan untuk persiapan operasi morfologi citra
pada tahap selanjutnya.
f.
Operasi
morfologi yang pertama dilakukan pada citra biner adalah erosi. Kemudian,
dipilih objek yang akan dihitung luasnya sehingga pada citra biner hanya ada
objek yang diinginkan (daerah bekas penambangan timah). Selanjutnya, dilakukan
proses dilasi untuk mengembalikan bagian objek citra daerah bekas penambangan
timah yang hilang akibat proses erosi.
g.
Penghitungan jumlah piksel objek dengan mudah
dapat dilakukan pada citra biner hasil proses dilasi. Piksel-piksel yang masuk
dalam penghitungan adalah piksel-piksel yang memiliki nilai intensitas 1 yang
merupakan bagian dari objek (daerah bekas penambangan timah).
h.
Untuk
mengetahui luas objek citra (daerah bekas penambangan timah) dalam satuan m2 ,
jumlah piksel yang telah dihitung dikalikan dengan suatu skala yang telah
diketahui.
4.
Hasil
Dan Pembahasan
a.
Setelah
memperoleh koordinat lokasi, dilakukan pembacaan citra satelit yang menampilkan
lokasi (daerah bekas penambangan timah) yang telah disurvei sebelumnya. Citra
ini merupakan citra warna (RGB).
b.
Citra
daerah bekas penambangan timah yang masih berupa citra warna diubah menjadi
citra grayscale dengan menggunakan fungsi rgb2gray yang terdapat di dalam
program Matlab untuk memudahkan proses pengolahan citra selanjutnya.
c.
Untuk
memperbaiki kualitas citra, dilakukan perenggangan kontras agar objek-objek
yang terdapat di dalam citra terlihat lebih jelas. Perenggangan kontras citra
dilakukan dengan menggunakan fungsi imadjust setelah sebelumnya dihitung
terlebih dahulu nilai intensitas piksel citra yang paling rendah (minimum) dan
paling tinggi (maksimum).
d.
Citra
hasil perenggangan kontras selanjutnya diubah menjadi citra biner dengan
menggunakan fungsi im2bw.
e.
Dalam
proses pengolahan citra daerah bekas penambangan timah, dilakukan operasi
morfologi yaitu erosi dan dilasi.
Selanjutnya,
dilakukan proses dilasi pada citra-citra tersebut menggunakan fungsi imdilate
dan SE yang sama dengan proses erosi.Citra hasil proses dilasi disajikan dalam
Gambar 4.
f.
Penghitungan
jumlah piksel objek dilakukan pada citra hasil proses dilasi dalam Gambar 4
dengan menggunakan fungsi bwarea.
g.
Untuk
menghitung luas objek citra (daerah bekas penambangan timah) dalam satuan m2 ,
diperlukan skala yang mewakili ukuran sebenarnya dari daerah tersebut. Pada
survei lapangan yang dilakukan di awal penelitian, telah diperoleh ukuran
panjang dan lebar daerah bekas penambangan timah dalam satuan meter. Ukuran
panjang dan lebar objek citra juga dapat dihitung dengan memilih titik-titik
objek yang memiliki koordinat tertentu yaitu xmin (titik objek paling kiri),
xmax (titik objek paling kanan), ymin (titik objek paling atas) dan ymax (titik
objek paling bawah). Titik-titik tersebut dipilih dengan menggunaka fungsi
ginput dan mouse pointer. Selisih nilai xmin dan xmax menyatakan panjang objek
citra sedangkan selisih nilai ymin dan ymax menyatakan lebar objek citra.
5.
Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa:
1)
Tahapan
proses pengolahan citra digital yang dimulai dari pembacaan citra satelit
daerah bekas penambangan timah, dilanjutkan dengan pengubahan citra satelit
berupa citra warna (RGB) menjadi citra grayscale, perbaikan citra grayscale
dengan perenggangan kontras, pengubahan citra grayscale yang telah diperbaiki
menjadi citra biner serta penerapan operasi morfologi yaitu erosi dan dilasi
pada citra biner dapat digunakan untuk menghitung jumlah piksel objek citra
(daerah bekas penambangan timah).
2) Ukuran
sebenarnya (panjang dan lebar) daerah bekas penambangan timah diperlukan untuk
mengetahui nilai skala yang digunakan untuk dapat menghitung luas objek citra
(daerah bekas penambangan timah) dalam satuan m2 .
3)
Lingkungan
di sekitar daerah bekas penambangan timah cukup berpengaruh pada proses
pengolahan citra. Semakin kecil selisih nilai intensitas objek (daerah bekas
penambangan timah) dengan lingkungan sekitarnya, dengan kata lain, warna objek
mirip dengan warna latar/objek lain, maka akan semakin sulit untuk memilih
objek (daerah bekas penambangan timah) tersebut untuk dihitung luasnya
EmoticonEmoticon