Wednesday, January 13, 2021

Critical Review Pengolahan Citra Digital

 

Judul Jurnal    : Pengolahan Citra Digital Untuk Menghitung Luas Daerah Bekas Penambahan Timah

Penulis Jurnal : Rika Favoria Gusa

Reviewer         : Cindy Safitri

 

Critical Review

1.    Latar Belakang Peneliti

Penulis Melakukan Penelitian tentang menghitung luas daerah bekas timah dikarenakan banyak didaerah bekas penambangan timah yang dilakukan tersebut ditinggalkan begitu saja paska penambangan tanpa ada usaha reklamasi atau pemanfaatkan kembali. Oleh karena banyaknya kejadian seperti itu penulis melakukan penelitian yang  dalam penelitian ini akan dilakukan pengolahan citra digital berupa citra satelit dari suatu wilayah tertentu yang memiliki daerah bekas penambangan timah agar dapat dihitung luasannya.

Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui berapa luas daerah bekas penambangan timah yang harus diolah kembali ataupun direklamasi sehingga kerusakan lingkungan akibat penelantaran bekas penambangan timah dapat dikurangi.

 

2.    Pendapat Peneliti Terhadap Penelitian Yang dilakukan Peneliti Lain sebelumnya

Peneliti lain juga mengidentifikasi luas daerah yang terkena dampak bencana Tsunami di daerah Aceh. Peneliti ini menggunakan metode merepresentasikan region-region citra yang berbeda dan “menumbuhkannya” sampai memenuhi seluruh citra sehingga dapat diketahui luas daerah kerusakan akibat Tsunami.

Perbedaan peneliti yang dilakukan peneliti sebelumnya yaitu peneliti sebelumnya mengidentifikasi luas wilayah yang terkena dampak bencana suami di aceh, sedangkan peneliti jurnal ini melakukan penelitian pada daerah bekas penambangan timah di daerah Bengkulu. Dan metode penelitian yang digunakan pun berbeda dari peneliti sebelumnya.

 

 

3.    Metode Yang Digunakan Peneliti

a.    Penelitian dimulai dengan survei lapangan untuk mengambil data berupa koordinat, ukuran (panjang dan lebar) serta gambar/foto daerah bekas penambangan timah. Lokasi yang dipilih ialah beberapa daerah bekas penambangan timah di Pemali, Kabupaten Bangka.

b.    Setelah koordinat lokasi (daerah bekas penambangan timah) diperoleh, dilakukan pembacaan citra satelit dari lokasi/daerah tersebut.

c.    Citra satelit yang diperoleh yang masih berupa citra warna (RGB) diubah menjadi citra grayscale.

d.    Citra satelit yang telah berupa citra grayscale diperbaiki kontrasnya sehingga objek-objek yang ada di dalam citra tersebut terlihat lebih jelas.

e.    Citra grayscale kemudian diubah menjadi citra biner untuk memisahkan objek dengan latar belakangnya. Hal ini juga dilakukan untuk persiapan operasi morfologi citra pada tahap selanjutnya.

f.     Operasi morfologi yang pertama dilakukan pada citra biner adalah erosi. Kemudian, dipilih objek yang akan dihitung luasnya sehingga pada citra biner hanya ada objek yang diinginkan (daerah bekas penambangan timah). Selanjutnya, dilakukan proses dilasi untuk mengembalikan bagian objek citra daerah bekas penambangan timah yang hilang akibat proses erosi.

g.     Penghitungan jumlah piksel objek dengan mudah dapat dilakukan pada citra biner hasil proses dilasi. Piksel-piksel yang masuk dalam penghitungan adalah piksel-piksel yang memiliki nilai intensitas 1 yang merupakan bagian dari objek (daerah bekas penambangan timah).

h.    Untuk mengetahui luas objek citra (daerah bekas penambangan timah) dalam satuan m2 , jumlah piksel yang telah dihitung dikalikan dengan suatu skala yang telah diketahui.

 

4.    Hasil Dan Pembahasan

a.    Setelah memperoleh koordinat lokasi, dilakukan pembacaan citra satelit yang menampilkan lokasi (daerah bekas penambangan timah) yang telah disurvei sebelumnya. Citra ini merupakan citra warna (RGB).

b.    Citra daerah bekas penambangan timah yang masih berupa citra warna diubah menjadi citra grayscale dengan menggunakan fungsi rgb2gray yang terdapat di dalam program Matlab untuk memudahkan proses pengolahan citra selanjutnya.


c.    Untuk memperbaiki kualitas citra, dilakukan perenggangan kontras agar objek-objek yang terdapat di dalam citra terlihat lebih jelas. Perenggangan kontras citra dilakukan dengan menggunakan fungsi imadjust setelah sebelumnya dihitung terlebih dahulu nilai intensitas piksel citra yang paling rendah (minimum) dan paling tinggi (maksimum).

d.    Citra hasil perenggangan kontras selanjutnya diubah menjadi citra biner dengan menggunakan fungsi im2bw.


e.    Dalam proses pengolahan citra daerah bekas penambangan timah, dilakukan operasi morfologi yaitu erosi dan dilasi.

 



Selanjutnya, dilakukan proses dilasi pada citra-citra tersebut menggunakan fungsi imdilate dan SE yang sama dengan proses erosi.Citra hasil proses dilasi disajikan dalam Gambar 4.

f.     Penghitungan jumlah piksel objek dilakukan pada citra hasil proses dilasi dalam Gambar 4 dengan menggunakan fungsi bwarea.

 



 

g.    Untuk menghitung luas objek citra (daerah bekas penambangan timah) dalam satuan m2 , diperlukan skala yang mewakili ukuran sebenarnya dari daerah tersebut. Pada survei lapangan yang dilakukan di awal penelitian, telah diperoleh ukuran panjang dan lebar daerah bekas penambangan timah dalam satuan meter. Ukuran panjang dan lebar objek citra juga dapat dihitung dengan memilih titik-titik objek yang memiliki koordinat tertentu yaitu xmin (titik objek paling kiri), xmax (titik objek paling kanan), ymin (titik objek paling atas) dan ymax (titik objek paling bawah). Titik-titik tersebut dipilih dengan menggunaka fungsi ginput dan mouse pointer. Selisih nilai xmin dan xmax menyatakan panjang objek citra sedangkan selisih nilai ymin dan ymax menyatakan lebar objek citra.



5.    Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1)    Tahapan proses pengolahan citra digital yang dimulai dari pembacaan citra satelit daerah bekas penambangan timah, dilanjutkan dengan pengubahan citra satelit berupa citra warna (RGB) menjadi citra grayscale, perbaikan citra grayscale dengan perenggangan kontras, pengubahan citra grayscale yang telah diperbaiki menjadi citra biner serta penerapan operasi morfologi yaitu erosi dan dilasi pada citra biner dapat digunakan untuk menghitung jumlah piksel objek citra (daerah bekas penambangan timah).

2) Ukuran sebenarnya (panjang dan lebar) daerah bekas penambangan timah diperlukan untuk mengetahui nilai skala yang digunakan untuk dapat menghitung luas objek citra (daerah bekas penambangan timah) dalam satuan m2 .

3)    Lingkungan di sekitar daerah bekas penambangan timah cukup berpengaruh pada proses pengolahan citra. Semakin kecil selisih nilai intensitas objek (daerah bekas penambangan timah) dengan lingkungan sekitarnya, dengan kata lain, warna objek mirip dengan warna latar/objek lain, maka akan semakin sulit untuk memilih objek (daerah bekas penambangan timah) tersebut untuk dihitung luasnya


EmoticonEmoticon